Friday, December 4, 2009

Pantun kasih untuk sang pencinta

Lydia Iryani, anakanda rakan karib saya menjejaki alam rumah tangga baru-baru ini. Maka saya hadiahkan beberapa pantun kasih kepadanya.

Kepada Emmy Farha dan Erwan yang mendirikan rumah tangga (pada 12 Dis. 2009), pantun ini juga untuk anda berdua.

Kepada sang pencinta yang ingin terus mimpi dalam lamunan, hayati ungkapan pembayang-pemaksud ini.

Rumah kecil tiang seribu;
Rumah besar tiang sebatang;
Kecil-kecil ditimang ibu;
Kala besar ditimang gelombang...

Entahlah ayah entahlah ibu;
Tempat bermanja tempat bergantung;
Kalahlah hati kalahlah kalbu;
Demi cinta laut kuharung.

Gelombang alun dari samudra;
Ombak datang bersama badai;
Hidup dilamun cinta gelora;
Membina harapan tanpa berandai.

Jika takut ombak melanda;
Jangan berumah di tepi pantai;
Jika tidak kerana cinta;
Masakan berani membina mahligai.

Malam indah malam berawan;
Bintang berkelip menyeri bulan;
Kasih ku bawa bekal jalanan;
Mencari erti kehidupan.

Apa dikesal hujan mendatang;
Sungai masih mengalir ke laut;
Apa kisah cela orang;
Hati kami sudah berpaut.

Ditiup bayu kami terlena;
Mimpi indah penuh di dada;
Cinta abadi kami bina;
Dengan restu ayah bonda.

Bila ombak bertemu pantai;
Bayu mendayu angin menyapa;
Bila cinta sudah sampai;
Malam siang hampir terlupa.

Malam siang hampir terlupa;
Senja tetap berganti pagi;
Kami hanya insan biasa;
Mohon restu cinta kami.

Tapi, pantun ini merumus segalanya ===>

Bayu pantai mendayu selasih;
Mainan rindu anak nelayan;
Betapa tinggi ombak kasih;
Tinggilah lagi badai kehidupan...

2 comments:

nur zahirah zulkifli said...

kajang pak malau kajang berlipat,
kajang hamba mengkuang lalu,
kata-kata Prof kata berhikmat,
bicara hamba diangin lalu.

caterina chalis said...

salam prof,
frankly speak..
its a very lovely poet..=)
do you have any else that had you written???
just love to read them...